Sabtu, 04 September 2010

First Boy Friend :: A One Short Story

Hmmm…Kebanyakan orang sekarang jamannya gonta-ganti pacar, di tambah saat ini di SMA gue lagi musim jadian.boro-boro gue mikirin pacaran, pelajaran untuk menetukan nasib gue masa depan aja gak kepegang.
Sahabat gue rata-rata sudah punya pacar dan Cuma gue yang sampai detik ini
belum pernah sekalipun pacaran. Makanya setiap membahas pacar dengan sahbat,
gue selalu jadi incaran pertama buat ngecengin.“Aduh please donk Sivia, jaman
gini belum punya gandengan apa kata dunia!” ucap Shilla,salah satu sahabat
gw,sambil menyedot jus jambunya. “Kok makanan gue belum dating
sih, guekan laper banget.” ucap gue mengalihkan pembicaraan.“Idih, nggak usah
marah mbak, kalau belum punya bilang aja atuh.” Ini lagi si Ify pake acara baca
pikiran orang aja.“Siapa yang marah?” Tanya gue pura-pura gak tau.
“Sudahlah. Gimana kita kenalin aja cowok buat Via?”
ucap Oik yang membuat gue sampai tersedak.
”Hkuuuukk...” gue mengambil minuman di samping piring.
Meneguknya sampai merasa legaan.
“Apaan sih Ik gak lucu deh!” lagi-lagi gue pura-pura,
sebenarnya emang gue mau.
Sahabat gue emang gila-gila kalau membahas soal cowok,
shoping, fasion, itu number one. Gue heran aja dari dulu sampai sekarang gue
antara mau dan gak mau menjalin hubungan dengan cowok karena kebanyakan yang
berani nembak gue, mereka seperti gue ini buat mainan aja nggak untuk serius
dan parahnya lagi karena gue sering nolak orang, cinta pertama gue
denger-denger takut untuk nembak gue. Itu salah satu kesalah terbesar dalam
hidup gue.

Sehabis mandi gue mendengar deringan
handphone di atas tempat tidur lalau melihat ada sms yang datang. Ternyata
teman SMP gue mau ngajak kumpul bareng hari ini tepatnya jam sebelas di
tongkrongan kita dulu, sebuah cafe kecil yang unik dan makanannya yang super
lezat. Tempatnya gak jauh dari gedung SMP gue dulu. Guepun berangkat dari rumah
menuju cafe. Sesampainya di depan pintu cafe, gue melihat teman-teman SMP gue
melambaikan tangan, gue melangkahkan kaki ketempat itu namun ada seseorang yang
memanggil gue dari arah yang berbeda kemudian aku berbalik ke arah dimana suara
itu berasal. Gue melihat Ify melangkah menghampiri gue.
“Via, lagi ngapain disini?” Tanya Ify sambil menarik
gue ke meja yang penuh dengan teman-temannya dan pastinya cowoknya.
“Gue lagi ngumpul bareng sama temen SMP gue. Loe
sendiri?” “Sama. Hai semua kenalin ini teman gue
namanya Sivia.” ucap Ify langsung memperkenalkan gue kepada
temannya. ”Hai semuanya?” gue tersenyum dan tak sengaja
terlihat teman Smp gue melambaikan tangannya lagi ke arah gue. ”Maaf, Fy gue
sudah di tunggu sama temen gue!” ”Oh ya sudah kalau
begitu.” ”Semuanya duluan ya...” gue langsung
melangkahkan kaki ke tempat tujuan semula.
Menarik bangku dan duduk lalu memulai percakapan yang
sudah lama tidak di dengar dengan teman SMP. Sepanjang hari itu gue bersenda
gurau dengan mereka dan mereka tetaplah teman SMP gue yang gak berubah sikapnya
tetpa jail dan iseng.

Seusai pulang sekolah, Ify langsung menarik
tangan gue ke depan gerbang, kemudian berhenti pas di hadapan seorang laki-laki
yang bertubuh tinggi tegap dan berusia sekitar 2 tahun di atas gue, dan gak
ketinggalan wajahnya juga ganteng. Tapi pikiran gue merasa orang ini familiar
sekali, gue mengobrak-abrik sepengingatan gue yang lalu-lalu setelah ingatan
gue berantakan akhirnya gue ingat ini orang yang gue temui di cafe kemarin acaranya
Ify. ”Via, ini Gabriel temen gue. Setelah meliaht loe
kemarin tadi malam dia minta gue ngenalin gue ke loe.” Ucap Ify dan Oik lalu
Shilla hanya tertawa di belakang gue. Dan gue gak mengerti apa yang mereka
pikirkan. gabriel mengulurkan tanyannya dan ku sambut.
“Sivia.” “Gabriel,panggil aja iel.”
Saat itu gue sangat canggung sekali. Semenjak itu iel sering
sms dan menelpon ke gue. Awalnya gue pikir gak akan nyambung dan sedeket ini.
Gue perhatikan juga Iel orangnya asik banget buat di ajakin ngobrol tentang apa
aja mulai dari komik, novel, film, sampai dunia kesenian dan olah raga. Gue sih
nyabung banget sama dia tapi gue gak tau dengan dianya. Yang paling bikin gue
kaget, dia bisa ngertiin gue yang kekanak-kanakkan. Semua ini berjalan dari
bulan ke bulan sampai suatu ketika Ify, Shilla, Oik dan Iel gak tegur sapa
dengan gue. Bahkan ify, Shilla, dan Oik kalau melihat gue sinis banget. Gue gak
tau salah apa, gue juga sms ke Iel pun gak di balas. Sudah minta maaf tapi
mereka nggak mengubriskannya. Gue pasrah dan sore itu gue pulang ke kostan dan
sangkin lelahnya hari itu karena praktek, gue tertidur lalu samar-samar
terdengar ada orang yang teriak-teriak memanggil nama gue yang berasal dari
bawah. Gue mengintip dari jendela dari perasaan setengah sadar dan kaget sampai
sadar ternyata Sue berontak-berontak seperti ingin masuk ke kostan gue tapi di
trahan sama Ify dan Oik. Gue menatap bingung sambil turun perlahan dan menemui
mereka. “Ada apa sih?” tanya gue sambil mengucek mata.
“Parah, masi nanya salah loe apa?” marah Shilla.
“Gue nggak ngerti sama loe semua salah gue apa!” mata
gue terjaga dengar bentakan Sue. Baru pertama kali ini gue lihat Silla marah
sebelumnya nggak pernah. Dan tiba-tiba gue merasa ada yang dingin, bau, manis,
asem, yang mengalis dari kepala gue, respon gue berbalik badan dan melihat apa
yang terjadi. “Happy brithday....” ucap Shilla, Ify,
dan Oik berbarengan. “Sialan loe semua? Aiar apaan
nih?” taya gue yang setengah basah kuyup ”Air got plus
kecap plus garam dan bumbu dapur yang aneh-aneh.” jawab Shila dengan puaas.
Kemudian dari belakang ada yang nepokin kepala gue
lalu gue meraba ternyata telur busuk. Gue nggak terima jadi gue kejar mereka
dan gue peperin dan gue di guyurin tepung. Aduh gue sudah jadi adonan gagal
ini. Gue gak kuasa lagi berlarian di tambah gelak tawa yang membuat perut gue
sakit, telinga gue di gelitik dengan suara yang gak asing lagi gue dengar.
”Happy Brithday Sivia.” ucap Gabriel. Spontan gue
berbalik ke hadapannya dan yang gue lihat Iel membawa kue tiramisu dilengkapi
lilin diatasnya. “Tiup lilinnya Vi!” seru Oik. Gue
meniup lilinnya kemudian diramaikan dengan tepuk tangan yagn lainnya.
“Via, sori kalau ucapan gue mengganggu hari ulang
tahun loe” ucap Iel. “Ucapan apa?” Tanya gue yang
merasa gak pede berdiri di depannya. “Loe mau jadi
pacar gue?” seperti geledek yang menyambar persis di telinga gue. Gue seneng
banget mendengar itu yang gue nantikan bertahun-tahun tapi gue bingung gimana
gue harus menjawabnya. Tiba-tiba gue di tarik sama Oik.
“Terima ja Vi, tahap untuk mencoba.”
”Ih, Via jangan mau dia lebih tua 2 tahun dari loe!”
ucap Shilla *shilla emang ga suka berondong hehehe peace*.
”Terima aja, kesempatan ini gak bisa datang kedua
kalinya dari pada loe menyesal?” ucap Ify. ”Boleh,
kita jalanin dulu.” Lalu gue nggak merasakan
kalau hubungan gue ini tahun berganti tahun hingga kita semua kuliah di kampus
yg sama. Tapi gue gak merasakan sesuatu antara gue dan dia tapi gue senang
kalau gue ini bagi dia cinta pertama sekaligus pacar pertama dia. Iel kali ini
mengajak gue ke pameran buku di senayan saat pameran hari terakhir otomatis
dalamnya padat merayap tapi bukunya di jual miring dari harga sebelumnya
soalnya cuci gudang itu istilahnya. Gue susah banget berjalan menyunsuri dari
stand yang satu ke lainnya karena orang benar-benar berdesakan abis hampir gue
kehilangan jejak Iel. Gue memasang mata mencarinya lalu ada yang menarik tangan
gue yang ternyata Iel dan dia berjalan di depan gue seperti pelindung buat gue.
Saat gue mau beli sebuah buku, Iel melarang gue untuk membeli dengan uang gue
maksudnya biar di yang membayarnya tapi gue nggak mau karena itu buku bermaksud
gue hadiahkan ke dia, gak lucu kalau dia yang membayar dan ujungnya buat dia
sama aja dia beli buat dirinya. *dipercepat *




Keesokkannya Iel ngajak gue dinner di restoran biasa gak mahal karena gue tau dia tipenya bukan orang yang romantis. Kebetulan gue laper, makan gue sedikit banyak dan gue sih gak jaim lagi kalau makan di depan
dia. Setelah perut kenyang dan minumpun telah habis, dia mengeluarkan sesuatu dari
saku celananaya. Perlahan ia membukanya dan ternyata isinya sebuak gelang
tangan. ”Ini gelang yang terbuat dari intan dan ini
asli disgn gue sendiri. Gue bikin dari intan sebab gue ingin hubungan kita ini
seperti intan yang kokoh dan indah bila terjadi tekanan. Begitu juga intan dia
terbuat karena tekanan bumi namun menjadi indah dan kokoh. Intinya gue mau
berhubunga lebih serius dari berpacaran.”
Sungguh gue gak bisa tidur semalaman memikirkah yang terjadi pada malam itu.
Hati gue gelisah dan selalu terbayang ucapan Iel tersebut. Tak bisa ku jawab
pikiran gue hampa dan tak ada jawaban yang terlintas di otak gue. Gue ceritakan
pada sahabat gue. “Bagus itu, berarti loe sama-sama
untung karena gak dirugiin.” Ucap Oik ngasal. “Kan gue
sudah bilang kalau di itu ketuaan buat loe karena orang tua mikirnya pasti masa
depan dan sesuatu yang selalu matang. Apa lagi dia sudah kerja gajinya mantab,
punya kendaraan dan rumah sendiri turus pasti mau nyari istrilah!” ucap Shilla
yg akhirnya menyetujui hubungan kami,,*hehe*. “Menurut
gue loe prcaya dan lihat ke dalam hati loe sendiri. Bagaimana perasaan loe
terhadap dia!” ucap Ify yang seakan-akan membuka pikiran gue kembali.
Keesokkannya gue diminta Iel untuk ketemuan di
pertigaan gang kostan gue. “Tumben malam jam segini suruh
gue kesini?” tanya gue sambil memainkan resleting jaket.
“Gue emgan gak tau apa yang loe pikirkan tentang gue,
tapi gue benar-benar tulus mencintai loe apa adanya dari lubuk hati gue. Saat
inigue gak tau harus bagaimana lagi menyikapi ini semua karena loe sudah bagian
dari hidup gue. Gue sudah memikirkan hal ini tapi kalau kita berpisah membuat
loe lebih bahagia gue akan berusaha untuk bisa membahagiakan loe dengan
memutuskan hubungan kita ini.” Gue melihat Iel
berbalik pergi menjauh dari mata gue yang berkaca-kaca. Seluruh tubuh gue kaku
dan sedikitpun tak bisa tergerakkan hanya air mata gue yang berlinang dan
menetes jatuh ke jemari kaki gue. Gue gak tau apa yang di katakan oleh sahabat
gue kepadanya tapi gue sadar seharusnya gue mengaku tentang perasaan gue tapi
kini Iel telah jauh pergi bagaimana gue mengatakan ini sedangkan suara gue tak
bisa gue keluarkan. Sekujur tubuh gue lemas dan gue hampir jatuh tersungkur
lalu ada yang mencegah dengan memelukku. Badan gue begitu nyaman saat orang itu
memeluk gue. Lalu sesuatu menggelitik hidung gue dan ku cerna Iel.. dialah yang
memeluk gue. “Sungguh tak bisa gue meninggalkan loe.
Loe benar-benar berarti banget dalam hidup gue. Mungkin gue gak bisa melupakan
cinta ini seumur hidup gue. Malam ini malam terakhir kita untuk bertemu. Semoga
loe mendapatkan sosok yang lebih sempuran.” Ingin kukatakan sepatah kata namun
tak bisa, ku paksakan berkata berbisik. ”Tada kimi o
aishiteru. ( hanya kamu yang aku cintai )” Dan dia semakin erat memeluk
gue.


 

0 Komentar:

Posting Komentar